Senin, 10 Maret 2014

salbut

Sinopsis Novel Surat Kecil Untuk Tuhan

Penulis: Agnes Davonar
Penerbit: Inandra Publis
Tahun Pertama terbit: 2008
Jumlah Halaman: 232

  
Buku ini mengisahkan ulang cerita pilu seorang gadis bernama Keke atau Gita Sesa Wanda Cantika. Ia terkena penyakit yang terbilang langka bernama Rabdosmiosarkoma atau yang dalam bahasa awam dikenal dengan nama kanker jaringan lunak. Keke sendiri merupakan pasien pertama di Indonesia yang terdeteksi terkena penyakit tersebut. Hal ini yang menjadikan kisahnya sangat menggugah. Keke divonis terjangkiti penyakit tersebut di usia 13 tahun dan hanya dalam jangka waktu 5 hari saja! Kanker jaringan lunak tersebut perlahan merubah wajah belia keke. Ia menjadi seseorang yang tak dikenali lagi sebab wajahnya menjadi sesuatu yang tak elok dipandang mata. Bagi anak-anak, mungkin wajah keke tersebut akan dipanggilnya rupa monster.

Buku ini didasarkan pada kisah nyata. Sang penulis mengemas perjuangan keke melawan penyakit kanker tersebut dengan baik. Meskipun pada beberapa bagian ia terlalu memaksakan pesan moral masuk pada dialog beberapa tokoh sehingga mengacaukan setting. Namun, toh, buku ini tetap memberi spirit utamanya bagi generasi muda bahwa seberapapun cobaannya, kita harus berani berdiri dan menghadapinya.


Perjuangan keke sempat berbuah manis, sebab tim dokter berhasil menyembuhkan penyakitnya. Hal ini menjadi sebuah prestasi tersendiri bagi dunia kedokteran di Indonesia pada saat itu dan menjadi buah bibir di Negara lain. Banyak yang bertanya bagaimana bisa penyakit ganas tersebut ditaklukkan. Polemik tersebut akhirnya mendapat jawaban, sebab keke hanya “sembuh sementara”. Beberapa saat setelah ia menjalani pengobatan, kanker ganas itu bertamu kembali dan sekali lagi menyerang tubuh dan semangatnya. Keke pun menyadari, waktunya hidup tak bisa diulur lagi dengan obat dan lain-lainnya. Benar saja, ia meninggal pada tanggal 26 Desember di tahun 2006. Sebelum meninggal, ia sempat menuliskan surat. Surat ini kemudian yang mengilhami pemilihan judul “Surat Kecil Untuk Tuhan”. Berikut petikan surat keke tersebut:

Andaikan,….. semua dapat terulang kembali,
Tetapi pernahkah anda berfikiran tentang itu?
Pernahkah anda mengira-ngira apa yang akan terjadi
Jika semuanya dapat terulang kembali?
Dalam novelnya ini, Agnes Davonar menekankan makna sebuah waktu dalam kehidupan di dunia ini.
Kisah nyata gadis berusia 13 tahun bertahan hidup dari kanker ganas paling mematikan di dunia.


Tuhan …………..
Andai aku bisa kembali
Aku tak ingin ada tangisan di dunia ini
Tuhan …………
Andai aku bisa kembali
Aku berharap tidak ada lagi hal yang sama terjadi padaku
Terjadi pada orang lain
Tuhan ……………
Bolehkah aku menulis Surat Kecil Untuk-Mu?
Tuhan …………….
Bolehkah aku memohon satu hal kecil pada-Mu?
Tuhan ………………
Biakanlah aku bisa dapat melihat dengan mataku
Untuk memandang langit dan bulan setiap harinya
Jika ditelaah, buku ini memang menarik. Bukan hanya berbicara persoalan derita seseorang, tetapi juga memperlihatkan sebuah perjuangan sekaligus kepasrahan pada Sang Pencipta. Penulis novel ini berhasil menyampaikan kisah keke dengan baik. Selain keke, tokoh lain di dalam kisah ini antara lain ayah Keke sendiri, sahabat-sahabat keke yakni Fadha, Maya, Shifa, ida dan Andhini, ada pula Dr. Adhi, Dr. Mukhlis, Andi, Pak Iyus. Karena ini berdasar pada kisah nyata, maka tokoh tersebut semua nyata. Mungkin hal ini yang membuat watak para tokoh tergambar dengan jelas.

Secara umum, novel ini layak untuk dibaca. Alur yang digunakan adalah campuran yakni maju dan mundur. Sementara itu setting cerita antara lain rumah Keke, sekolah, rumah sakit dan juga beberapa potongan kejadian di sebuah villa. Penulis menggunakan sudut pandang cerita orang pertama. Jadi saat membaca buku ini kita seolah sedang mendengarkan Keke bercerita kisahnya sendiri. Adapun pemilihan bahasa yang dipakai penulis cukup ringan sehingga novel ini bisa dibaca untuk umum. Novel ini juga banyak menyisip nilai moral dan nilai agama. Tentu hal ini merupakan pembelajaran yang baik bagi pembaca.

Sinopsis novel Surat Kecil Untuk Tuhan ini hanya membahas unsur-unsur yang penting dalam kisah ini. Untuk kesan yang lebih mendalam, tak ada salahnya jika Anda meluangkan waktu untuk membaca keseluruhan novel tersebut. Ia layak untuk dibaca pun diresapi maknanya. Selamat membaca ya!

Biografi Megawati Soekarno Putri

Bernama Lengkap Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri atau akrab di sapa Megawati Soekarnoputri lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947. Sebelum diangkat sebagai presiden, beliau adalah Wakil Presiden RI yang ke-8 dibawah pemerintahan Abdurrahman Wahid. Megawati adalah putri sulung dari Presiden RI pertama yang juga proklamator, Soekarno dan Fatmawati. Megawati, pada awalnya menikah dengan pilot Letnan Satu Penerbang TNI AU, Surendro dan dikaruniai dua anak lelaki bernama Mohammad Prananda dan Mohammad Rizki Pratama. Pada suatu tugas militer, tahun 1970, di kawasan Indonesia Timur, pilot Surendro bersama pesawat militernya hilang dalam tugas. Derita tiada tara, sementara anaknya masih kecil dan bayi. Namun, derita itu tidak berkepanjangan, tiga tahun kemudian Mega menikah dengan pria bernama Taufik Kiemas, asal Ogan Komiring Ulu, Palembang. Kehidupan keluarganya bertambah bahagia, dengan dikaruniai seorang putri Puan Maharani. Kehidupan masa kecil Megawati dilewatkan di Istana Negara. Sejak masa kanak-kanak, Megawati sudah lincah dan suka main bola bersama saudaranya Guntur. Sebagai anak gadis, Megawati mempunyai hobi menari dan sering ditunjukkan di hadapan tamu-tamu negara yang berkunjung ke Istana. Wanita bernama lengkap Dyah Permata Megawati Soekarnoputri ini memulai pendidikannya, dari SD hingga SMA di Perguruan Cikini, Jakarta. Sementara, ia pernah belajar di dua Universitas, yaitu Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung (1965-1967) dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972). Kendati lahir dari keluarga politisi jempolan, Mbak Mega -- panggilan akrab para pendukungnya -- tidak terbilang piawai dalam dunia politik. Bahkan, Megawati sempat dipandang sebelah mata oleh teman dan lawan politiknya. Beliau bahkan dianggap sebagai pendatang baru dalam kancah politik, yakni baru pada tahun 1987. Saat itu Partai Demokrasi Indonesia (PDI) menempatkannya sebagai salah seorang calon legislatif dari daerah pemilihan Jawa Tengah, untuk mendongkrak suara. Masuknya Megawati ke kancah politik, berarti beliau telah mengingkari kesepakatan keluarganya untuk tidak terjun ke dunia politik. Trauma politik keluarga itu ditabraknya. Megawati tampil menjadi primadona dalam kampanye PDI, walau tergolong tidak banyak bicara. Ternyata memang berhasil. Suara untuk PDI naik. Dan beliau pun terpilih menjadi anggota DPR/MPR. Pada tahun itu pula Megawati terpilih sebagai Ketua DPC PDI Jakarta Pusat. Tetapi, kehadiran Mega di gedung DPR/MPR sepertinya tidak terasa. Tampaknya, Megawati tahu bahwa beliau masih di bawah tekanan. Selain memang sifatnya pendiam, belaiu pun memilih untuk tidak menonjol mengingat kondisi politik saat itu. Maka belaiu memilih lebih banyak melakukan lobi-lobi politik di luar gedung wakil rakyat tersebut. Lobi politiknya, yang silent operation, itu secara langsung atau tidak langsung, telah memunculkan terbitnya bintang Mega dalam dunia politik. Pada tahun 1993 dia terpilih menjadi Ketua Umum DPP PDI. Hal ini sangat mengagetkan pemerintah pada saat itu. Proses naiknya Mega ini merupakan cerita menarik pula. Ketika itu, Konggres PDI di Medan berakhir tanpa menghasilkan keputusan apa-apa. Pemerintah mendukung Budi Hardjono menggantikan Soerjadi. Lantas, dilanjutkan dengan menyelenggarakan Kongres Luar Biasa di Surabaya. Pada kongres ini, nama Mega muncul dan secara telak mengungguli Budi Hardjono, kandidat yang didukung oleh pemerintah itu. Mega terpilih sebagai Ketua Umum PDI. Kemudian status Mega sebagai Ketua Umum PDI dikuatkan lagi oleh Musyawarah Nasional PDI di Jakarta. Namun pemerintah menolak dan menganggapnya tidak sah. Karena itu, dalam perjalanan berikutnya, pemerintah mendukung kekuatan mendongkel Mega sebagai Ketua Umum PDI. Fatimah Ahmad cs,atas dukungan pemerintah, menyelenggarakan Kongres PDI di Medan pada tahun 1996, untuk menaikkan kembali Soerjadi. Tetapi Mega tidak mudah ditaklukkan. Karena Mega dengan tegas menyatakan tidak mengakui Kongres Medan. Mega teguh menyatakan dirinya sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, sebagai simbol keberadaan DPP yang sah, dikuasai oleh pihak Mega. Para pendukung Mega tidak mau surut satu langkah pun. Mereka tetap berusaha mempertahankan kantor itu. Soerjadi yang didukung pemerintah pun memberi ancaman akan merebut secara paksa kantor DPP PDI itu. Ancaman itu kemudian menjadi kenyataan. Pagi, tanggal 27 Juli 1996 kelompok Soerjadi benar-benar merebut kantor DPP PDI dari pendukung Mega. Namun, hal itu tidak menyurutkan langkah Mega. Malah, dia makin memantap langkah mengibarkan perlawanan. Tekanan politik yang amat telanjang terhadap Mega itu, menundang empati dan simpati dari masyarakat luas. Mega terus berjuang. PDI pun menjadi dua. Yakni, PDI pimpinan Megawati dan PDI pimpinan Soerjadi. Massa PDI lebih berpihak dan mengakui Mega. Tetapi, pemerintah mengakui Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Akibatnya, PDI pimpinan Mega tidak bisa ikut Pemilu 1997. Setelah rezim Orde Baru tumbang, PDI Mega berubah nama menjadi PDI Perjuangan. Partai politik berlambang banteng gemuk dan bermulut putih itu berhasil memenangkan Pemilu 1999 dengan meraih lebih tiga puluh persen suara. Kemenangan PDIP itu menempatkan Mega pada posisi paling patut menjadi presiden dibanding kader partai lainnya. Tetapi ternyata pada SU-MPR 1999, Mega kalah. Tetapi, posisi kedua tersebut rupanya sebuah tahapan untuk kemudian pada waktunya memantapkan Mega pada posisi sebagai orang nomor satu di negeri ini. Sebab kurang dari dua tahun, tepatnya tanggal 23 Juli 2001 anggota MPR secara aklamasi menempatkan Megawati duduk sebagai Presiden RI ke-5 menggantikan KH Abdurrahman Wahid. Megawati menjadi presiden hingga 20 Oktober 2003. Setelah habis masa jabatannya, Megawati kembali mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan presiden langsung tahun 2004. Namun, beliau gagal untuk kembali menjadi presiden setelah kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono yang akhirnya menjadi Presiden RI ke-6.

  Biodata :

      Nama : Dr (HC) Hj. Megawati Soekarnoputri
      Nama Lengkap : Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri
      Lahir : Yogyakarta, 23 Januari 1947
      Agama : Islam
      Suami : Taufik Kiemas
      Anak : 3 orang, (2 putra, 1 putri)
      Karir :
         :: Presiden Ke-5 RI (2001 – 2004)
         :: Wakil Presiden RI (1999- 2001)
         :: Anggota DPR/MPR RI (1999)
         :: Anggota DPR/MPR RI (1987-1992)
       Organisasi :
         :: Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, April 2000-2005 dan 2005-2009
       Alamat Rumah :
         :: Jalan Teuku Umar 27-A, Jakarta Pusat
         :: Jl. Kebagusan IV No 45 RT 010 RW 04, Kel. Kebagusan Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan
       Perjalanan karir
            1. Anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonsia (Bandung), (1965)
            2. Anggota DPR-RI, (1993)
            3. Anggota Fraksi PDI Komisi IV
            4. Ketua DPC PDI Jakarta Pusat, Anggota FPDI DPR-RI, (1987-1997)
            5. Ketua Umum PDI versi
            6. Munas Kemang (1993-sekarang) PDI yang dipimpinnya berganti nama menjadi PDI Perjuangan  
            7. Wakil Presiden RI, (Oktober 1999-23 Juli 2001)
            8. Presiden RI ke-5, (23 Juli 2001-2004)
        Perjalanan pendidikan
            1. SD Perguruan Cikini Jakarta, (1954-1959)
            2. SLTP Perguruan Cikini Jakarta, (1960-1962)
            3. SLTA Perguruan Cikini Jakarta, (1963-1965)
            4. Fakultas Pertanian UNPAD Bandung (1965-1967), (tidak selesai)
            5. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972), (tidak selesai).